Pelaporan Aset Tak Berwujud Perusahaan

Setiap perusahaan wajib melaporkan jumlah pendapatannya kepada pemerintah untuk kepentingan pembayaran pajak. Pelaporan pendapatan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang mendukung program Good Corporate Governance (GCG) agar pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik dan memberikan rasa aman kepada para investor (pemilik saham).

Syarat pengakuan pendapatan menurut SAK lebih ketat daripada SAP karena semua syarat pengakuan pendapatan dan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi yang akan mengalir ke perusahaan harus terpenuhi.

Definisi dan Contoh Aset Tak Berwujud

Sumber pendapatan yang penting karena menghasilkan keuntungan bagi perusahaan sehingga harus diakui keberadaannya adalah aset tidak berwujud (intangible asset). Aset ini adalah aset nonmoneter yang teridentifikasi, tetapi tidak ada wujud fisik.

Beberapa definisi dan jenis lain aset tidak berwujud menurut para ahli sebagai berikut.

  • Menurut Obaidullah Jan, CPA: aset tak berwujud adalah aset jangka panjang perusahaan yang teridentifikasi, namun tidak hadir secara fisik.
  • Menurut Steven Bragg, CPA: aset tak berwujud adalah aset nonfisik yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.
  • Menurut Harold Averkamp, CPA, MBA: aset tak berwujud adalah aset yang tidak dapat disentuh.
  • Menurut para ahli yang tergabung dalam WebFinance, Inc: aset tak berwujud adalah sumber daya jangka panjang yang dimiliki oleh semua perusahaan, tetapi tidak nampak secara fisik.

Contoh aset tidak berwujud bagi manusia antara lain kesehatan yang membuat manusia bisa beraktivitas dengan baik, kecerdasan yang  membuat manusia berpikir dengan baik, dan keimanan yang membuat manusia berperilaku dengan baik.

Sedangkan contoh  aset tidak berwujud dalam bisnis atau perusahaan antara lain hak cipta yang terdapat pada karangan buku atau lagu, desain seperti desain mesin dari pabrik mobil yang bisa menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, hak paten seperti obat-obatan dari perusahaan farmasi selama jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan keuntungan yang besar bagi perusahaan tanpa bisa ditiru oleh perusahaan lain.

Ada juga aset tidak berwujud yang termasuk goodwill, yaitu individu atau perusahaan lain membeli suatu aset dengan nilai yang lebih tinggi dari nilai buku. Atau aset tidak berwujud seperti merk dagang, yang berarti  hak suatu perusahaan untuk memasarkan produk yang diproduksi dan dijual.

Ketentuan Pelaporan Aset Tak Berwujud

Secara sederhana dapat disimpulkan, aset tidak berwujud adalah harta tak terlihat yang memberikan manfaat. Perlakuan  aset tidak berwujud secara akuntansi  memiliki ketentuan, yaitu individu atau perusahaan berpotensi mendapatkan manfaat ekonomi pada masa yang akan datang dari aset tersebut dan biaya-biaya perolehannya bisa diukur dengan handal.

Penilaian aset tak berwujud diukur sesuai dengan harga perolehannya yang sudah termasuk biaya perolehan. Biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari harga beli termasuk bea masuk (import) dan pajak pembelian yang tidak bisa dikembalikan setelah dikurangi diskon, rabat, dan segala biaya yang terkait secara langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan.

Aset tidak berwujud dicatat dalam neraca pada kolom aktiva sesuai dengan nilai bersih setelah dikurangi  akumulasi amortisasi. Akuntansi aset tidak berwujud adalah proses pencatatan, pengakuan, pengukuran, dan pelaporan harta tak berwujud atau tak terlihat yang memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan.

Pengakuan pendapatan dan penilaian aset tidak berwujud sangat penting karena pelaporan kepada pemerintah ini sebagai bentuk pelaksanaan hukum negara dan pertumbuhan keuntungan (profit) sebagai tolok ukur berkembangnya sebuah perusahaan.

Tidak ada perusahaan yang tumbuh tanpa mengetahui dan memonitor kondisi keuangannya. Monitor dari segi akuntansi mutlak diperlukan untuk keberlangsungan hidup perusahaan.

Perkembangan yang pesat di bidang akuntansi, standar dan regulasi, teknologi, serta beragam praktik industri membuat perusahaan butuh pembelajaran, pengembangan, atau pelatihan agar selalu bisa menyesuaikan diri dengan kondisi pelaporan akuntansi dan keuangan yang terus berubah.

 

Anda juga bisa membaca artikel menarik lainnya di bawah ini :